Lembata,LIPUTANNTT.com, Program muda Berdaya Untuk kedaulatan pangan (MBkP) Tahun 2024 secara resmi dibuka di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu ,5/10/24)
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kementerian pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
"Sjamsul Hadi menyampaikan bahwa MBKP merupakan salah satu terobosan pemajuan kebudayaan yang merupakan kolaborasi erat antara Direktorat jenderal kebudayaan dengan program Magang dan,
Studi Independen Bersertifikat (MSIB) pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikelola Direktorat jenderal pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Diktiristek)
"Adik-adik ini telah terpilih untuk ikut membangun Lembata melalui pendekatan kebudayaan,"
disampaikan Sjamsul Hadi dengan rasa bangga kepada peserta MBKP 2024 pada acara pembukaan program di pantai Wulen Luo, Lembata.
Lebih lanjut, Sjamsul mengungkapkan bahwa MBKP merupakan investasi jangka panjang yang
bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang pangan lokal dengan memberikan
peluang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi gagasan, minat, dan bakatnya untuk menghasilkan aksi atau karya inovatif.
Hal ini juga merupakan bentuk upaya memberdayakan ekosistem
kebudayaan untuk pemulihan lingkungan berkelanjutan dan mewujudkan kedaulatan pangan.
"Saya harapkan adik-adik mahasiswa dapat menemukan dan belajar bersama para mentor dan beberapa
para pemangku adat yang mengetahui dan memahami kearifan lokal, dengan mengindentifikasi berbagai pangan lokal dan teknik teknik memproduksinya," pesan Sjamsul.
Penjabat (Pj) Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali mengapresiasi program MBKP "Kami
menyambut baik program MBKP ini dan sangat respek dengan kehadiran mahasiswa di daerah kami," ungkapnya dalam sambutan peluncuran MBKP.
Pj. Bupati Lembata mengungkapkan saat ini telah terbit Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang percepatan Penganekaragaman pangan berbasis potensi Sumber daya lokal.
Untuk itulah, ia berharap keluaran program MBKP juga dapat memberikan rekomendasi program
dan kebijakan bagi pemerintah Kabupaten Lembata agar dapat disampaikan melalui Rencana Aksi Daerah.
"Saya mohon output program MBKP ini tidak hanya berupa pangkalan data, tetapi juga usulan
rekomendasi strategi program dan kegiatan terkait penyusunan rencana aksi daerah dari 29 desa Sasaran,persis dari Aspek hukum hingga hilirnya, serta inovasinya," imbu Paskalis.
Gotong royong Wujudkan Kedaulatan Pangan :
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek Republik Indonesia,
menyampaikan bahwa beberapa tahun terakhir Ditjen Kebudayaan juga telah membina 21 Pandu Budaya di Lembata.
"Saya titipkan kepada Bapak Pj Bupati, kiranya para pemuda Pandu Budaya ini bersama
mahasiswa peserta MBKP, bisa dibantu untuk membawa kedaulatan pangan dari Lembata untuk Indonesia," kata Sjamsul.
Penanggungjawab MBKP 2024, Ratna Yunarsih melaporkan bahwa program MBKP 2024
melibatkan 218 mahasiswa dari 103 perguruan tinggi yang tersebar di 29 provinsi Indonesia.
Selain itu, terdapat juga perwakilan masyarakat dari 29 desa yang tersebar di Kabupaten Lembata.
"MBKP berlangsung selama 3,5 bulan hingga Desember 2024," lapornya.
Ratna mengungkap tingginya minat mahasiswa untuk mengikuti MBKP. "Kami menerima 4.200 pendaftaran, kemudian diseleksi hingga terkumpul 218 mahasiswa," katanya.
Sebanyak 212 orang peserta ditempatkan di 49 desa di 9 kecamatan untuk melakukan pendataan
terkait potensi pangan lokal, pemetaan lokasi lahan pangan lokal yang ada di berbagai desa di kabupaten Lembata serta pola produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat Lembata.
Enam mahasiswa ditempatkan di kantor Ditjen Kebudayaan Kemendikbud ristek di Jakarta dengan tugas sebagai desainer grafis, copyright, dan Admi media sosial,"jelas Ratna.
Devi Perwita Sari Bunga Herza, peserta MBKP 2024 dari Universitas Islam Riau, mengungkapkan kegembiraannya bisa terlibat dalam program yang unik dan berdampak penting untuk masyarakat.
Isu ketahanan pangan erat kaitannya dengan sektor budaya. "Sebelum mengikuti MSIB MBKP ini
saya terlibat dalam kegiatan bersama berbagai lembaga yang mengulik keterkaitan kebudayaan dengan ilmu yang saya pelajari, yaitu Agronomi dan Agroteknologi," ungkapnya.
Senada, Atthoya Atthur Harry Aslam, peserta MBKP yang berasal dari Universitas Riau, juga tak sabar untuk mengikuti berbagai program MBKP.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen sumber daya perairan, tugasnya di MBPK sebagai Enunerator atau pengumpul data dinilainya sangat menarik dan dapat mengembangkan kapasitas," pangan lokal ini juga bagian dari kebudayaan.
Ada banyak sekali ragamnya di Indonesia. Saya tertarik untuk mengetahuinya dan belajar dari kearifan lokal seperti yang ada di Lembata NTT ini, untuk mengelolanya dan menjadikannya lebih bernilai lagi." Katanya.(*)