Membaca Dunia, Menulis Masa Depan: Seruan Iman dan Aksi dari Pdt. Silvana Messakh-Manafe

Pemred Liputan NTT
0

 

Kupang, LIPUTANNTT.com, Di tengah senja yang lembut di halaman Rumah Literasi Cakrawala NTT, suara tawa anak-anak memecah keheningan sore. Mereka menari, membaca puisi, dan menampilkan karya mereka dalam acara bertema “Membaca Dunia, Menulis Masa Depan”  sebuah panggung yang tak hanya menampilkan kreativitas, tetapi juga memancarkan harapan.


Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Rumah Literasi Cakrawala NTT dengan PAR GMIT Pengharapan Dendeng, serta melibatkan relawan muda dari KBM Universitas Muhammadiyah Kupang dan Fakultas Psikologi Universitas Nusa Cendana (Undana). Selama tiga bulan terakhir, mereka berproses bersama: membaca, menulis, bermain, dan membangun semangat belajar bagi anak-anak di sekitar Dendeng, Kupang Timur.


Di tengah acara itu, Pendeta Silvana Messakh-Manafe, M.Th., berdiri menyampaikan pesan yang menggugah:


 “Setiap anak adalah cerita Tuhan yang sedang ditulis. Melalui membaca dan menulis, kita membantu mereka mengenal dunia dan menulis masa depan mereka sendiri.”


Bagi Pdt. Silvana, literasi bukan sekadar kegiatan intelektual, melainkan sebuah panggilan iman. Membaca dunia berarti membuka mata terhadap kasih Tuhan dalam kehidupan, sementara menulis masa depan adalah bentuk partisipasi aktif manusia dalam karya penciptaan.


“Anak-anak perlu tahu bahwa Tuhan menghadirkan mereka bukan kebetulan. Dengan belajar membaca dan menulis, mereka sedang menyingkapkan kehendak Tuhan dalam hidup mereka,” ujarnya penuh keyakinan.


Rumah Literasi Cakrawala NTT menjadi ruang sederhana yang sarat makna. Di sinilah anak-anak belajar mengeja kata, menulis kalimat, hingga mengenal potensi diri. Banyak di antara mereka yang sebelumnya belum bisa membaca dengan lancar, kini mulai menunjukkan kemajuan luar biasa.


 “Kami melihat perubahan nyata. Anak-anak yang dulu pemalu kini berani tampil, anak-anak yang dulu takut membaca kini senang membuka buku,” tutur Pdt. Silvana penuh haru.


Kolaborasi Gereja, Kampus, dan Komunitas: Gerakan Kasih yang Hidup


Program literasi ini lahir dari sinergi lintas lembaga. Gereja, kampus, dan masyarakat bahu-membahu menanamkan semangat membaca pada generasi muda. Para relawan dari Muhammadiyah dan Undana secara rutin datang untuk mengajar, bermain, dan mendampingi anak-anak.


“Ini bentuk pelayanan lintas iman dan lintas generasi. Kami bersyukur karena semangat kasih bisa mempersatukan semua pihak,” ungkapnya.


Selain pembelajaran literasi, Rumah Literasi Cakrawala juga membagi anak-anak ke dalam kelas sesuai minat dan bakat: menulis, menyanyi, olahraga, serta seni rupa. Tujuannya sederhana namun mendalam — agar setiap anak menemukan ruang untuk tumbuh secara utuh.


Tak berhenti pada literasi, Cakrawala NTT kini menyiapkan program pembelajaran pertanian anak. Lahan kecil di sekitar rumah literasi akan dijadikan kebun belajar agar anak-anak mencintai tanah dan memahami nilai kerja keras.


“Kami ingin anak-anak tahu bahwa mencintai tanah juga bagian dari mencintai Tuhan. Membaca dunia berarti juga membaca kehidupan — termasuk bumi tempat kita berpijak,” ujar Pdt. Silvana.


Program ini menjadi simbol nyata bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang huruf, tetapi tentang membangun kesadaran dan tanggung jawab terhadap kehidupan.


Panggung Kreatif sore itu menjadi perayaan iman dan pembuktian bahwa literasi mampu mengubah wajah masa depan. Anak-anak tampil penuh semangat, mempersembahkan tarian, lagu, dan puisi di hadapan orang tua mereka.


“Jangan lihat dari kesempurnaan,” ucap Pdt. Silvana saat menutup acara, “lihatlah keberanian mereka untuk tampil, untuk percaya pada diri sendiri. Itulah buah dari kasih dan pembelajaran yang sejati.”

Para orang tua yang hadir pun tak kuasa menahan haru. Banyak di antara mereka yang kini rutin mendampingi anak-anak belajar. Beberapa bahkan ikut menjadi relawan dan penyumbang buku serta alat belajar.


Acara “Membaca Dunia, Menulis Masa Depan” menjadi simbol gerakan literasi berbasis iman dan kemanusiaan. Dari desa kecil di Dendeng, pesan itu bergema ke seluruh NTT: bahwa masa depan bangsa dibangun dari halaman-halaman kecil yang dibaca dan ditulis dengan cinta.


 “Kita semua adalah pena di tangan Tuhan,” tutup Pdt. Silvana. “Mari kita bantu anak-anak menulis kisah hidup yang indah, penuh kasih, dan berarti bagi dunia.”(*)

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

Melayani permintaan peliputan dan pemasangan iklan banner. Marketing Director (Email: redaksiliputanntt@gmail.com.Contact Person:081236630013). Alamat Redaksi: Jl. Oekam, RT 13/RW 005 Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. Email: redaksiliputanntt@gmail.com. Tlp/Hp: 081236630013 Rekening: BRI: No. Rek. 467601014931533 a.n. Hendrik Missa Bank NTT: No. Rek. 2503210258 a.n. Hendrik Missa