OELAMASI, LIPUTANNTT.com,Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena melakukan panen raya tomat di SMA Negeri 1 Amarasi, Kabupaten Kupang, Kamis (11/12/2025).
Kegiatan ini menjadi penegasan arah kebijakan Pemerintah Provinsi NTT dalam mendorong pendidikan berbasis produksi, kewirausahaan, dan hilirisasi melalui program One School One Product.
Di hadapan Guru, siswa, dan jajaran Perangkat Daerah, Gubernur Melki Laka Lena menegaskan bahwa kehadirannya di sekolah tersebut bukan kegiatan seremonial, melainkan bentuk apresiasi atas praktik pendidikan yang menyentuh langsung produksi dan ekonomi riil.
“Hari ini saya hadir di sini, di SMA Negeri 1 Amarasi, karena saya melihat ada sesuatu yang penting. Pendidikan tidak boleh berhenti pada teori. Apa yang dilakukan sekolah ini adalah contoh konkret pendidikan yang menghasilkan,” ujar Melki.
Ia menyampaikan apresiasi kepada Guru dan siswa karena panen raya tomat ini menjadi wujud nyata dari konsep One School One Product yang sedang didorong Pemerintah Provinsi NTT.
“Panen raya tomat ini adalah bukti bahwa One School One Product itu bukan slogan. Ini produksi yang benar-benar terjadi, dikerjakan oleh anak-anak bersama guru, dan menghasilkan nilai ekonomi,” katanya.
Gubernur menyoroti keberanian SMA Negeri 1 Amarasi menggunakan dana BOS sebagai modal produksi dan mengembalikannya dari hasil panen. Menurutnya, langkah tersebut menandai transformasi sekolah menuju pendidikan kewirausahaan.
“Sekolah ini sudah masuk pada tahap entrepreneurship. Uang Dana BOS dipakai untuk produksi, lalu dikembalikan dari hasil panen. Artinya, anak-anak belajar bagaimana uang diputar untuk menghasilkan, bukan hanya dihabiskan,” tegasnya.
Namun, Melki mengingatkan bahwa tantangan terbesar dari kegiatan produksi di sekolah maupun di masyarakat adalah konsistensi.
“Masalah kita di banyak tempat itu, setelah satu atau dua kali panen, kegiatan berhenti. Produksi tidak berlanjut. Ini yang tidak boleh terjadi. Produksi harus konsisten. Harus ada rencana, musim hujan tanam apa, musim kering tanam apa,” kata Gubernur.
Ia juga menyoroti persoalan klasik Petani hortikultura, termasuk tomat, yakni kejatuhan harga saat panen raya karena produk dijual dalam kondisi mentah.
“Kita sering tanam, panen, lalu jual mentah. Begitu produksi banyak, harga jatuh. Tomat di Amarasi pernah jatuh sampai Rp.5.000 per kilo. Kalau begini terus, orang bisa trauma menanam,” ujarnya.
Karena itu, Gubernur mendorong sekolah dan masyarakat mulai masuk ke tahap hilirisasi dengan mengolah hasil panen agar memiliki nilai tambah.
“Habis panen, jangan semua dijual mentah. Mulai diolah. Tomat bisa jadi saus tomat. Tidak perlu alat mahal, bisa mesin kecil dulu. Pengemasan sederhana, tapi nilainya jauh lebih tinggi,” jelas Melki.
Ia mencontohkan bagaimana nilai ekonomi dapat meningkat berkali-kali lipat jika produk diolah.
“Kalau kita jual mentah, nilainya kecil. Tapi kalau diolah dan dikemas, hasilnya berbeda. Ini yang membuat produsen menjadi lebih sejahtera, bukan orang lain di kota,” katanya.
Dalam konteks kebijakan provinsi, Melki menegaskan bahwa pemerintah akan memastikan produk lokal, termasuk dari sekolah, memiliki pasar.
“Kami di provinsi akan pastikan pasar. Saya akan mewajibkan ASN untuk membeli produk-produk lokal. Uang ASN harus berputar untuk membeli produk rakyat, termasuk produk sekolah,” tegasnya.
Ia menambahkan, kebijakan tersebut diharapkan mengubah struktur ekonomi NTT yang selama ini terlalu konsumtif.
“Kalau kita terus konsumtif, ekonomi NTT tidak akan berkembang. Kita harus ubah pola: tanam, panen, olah, kemas, baru jual,” ujar Gubernur.
Melki juga menyebut bahwa SMA Negeri 1 Amarasi berpotensi menjadi model bagi sekolah lain di wilayah Amarasi Raya dan Provinsi NTT.
“SMA Negeri 1 Amarasi ini bisa menjadi penarik gerbong. Jangan biarkan api ini padam. Terus dijaga dan dikembangkan. Saya ingin memberi pesan bahwa kerja nyata seperti ini yang harus kita dorong. Pendidikan, ekonomi, dan produksi harus berjalan bersama,” pungkas Melki.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Amarasi, Yosefince Ismail, S.Pd, menegaskan bahwa panen raya tomat merupakan hasil langsung penerapan kebijakan Pemerintah Provinsi NTT tentang penguatan potensi lokal dalam kurikulum sekolah.
Ia menjelaskan, sekolah secara sadar menerjemahkan arahan Gubernur NTT yang menekankan bahwa pembelajaran tidak boleh berhenti pada teori, tetapi harus dibuktikan melalui praktik nyata yang memberi bekal keterampilan hidup bagi siswa.
“Program potensi lokal ini merupakan kebijakan Pemerintah Provinsi NTT yang kami terjemahkan ke dalam kurikulum sekolah. Setelah melalui kajian bersama pengawas dan pembina, kami menetapkan budidaya tomat sebagai potensi lokal SMA Negeri 1 Amarasi untuk tahun ajaran 2025/2026,” ujar Yosefince.
Menurutnya, implementasi dilakukan secara sistematis mulai dari penyusunan silabus dan RPP, pembelajaran teori di kelas, hingga praktik langsung di lahan sekolah sejak akhir September 2025. Hasilnya, lebih dari 4.000 pohon tomat berhasil ditanam dan dirawat oleh Guru dan siswa.
Ia mengungkapkan, panen awal telah dilakukan pada 5 Desember 2025 dengan hasil sekitar 600 kilogram tomat senilai Rp.6.365.000. Modal awal kegiatan sebesar kurang lebih Rp.20 juta bersumber dari Dana BOS dan digunakan untuk kebutuhan produksi, dengan komitmen pengembalian dari hasil panen.
“Kegiatan ini adalah pembelajaran kewirausahaan nyata bagi siswa, dari perencanaan, produksi, hingga pengelolaan hasil. Ini bukan kegiatan seremonial, tetapi proses belajar yang sungguh terjadi,” katanya.
Yosefince juga menyampaikan apresiasi khusus atas kehadiran Gubernur NTT yang dinilainya menjadi momen bersejarah bagi sekolah.
“Selama 31 tahun SMA Negeri 1 Amarasi berdiri, baru hari ini kami mendapat kunjungan langsung Gubernur NTT. Kehadiran Bapak Gubernur menjadi motivasi dan penguatan moral bagi seluruh guru dan siswa,” tegasnya.
Ia menambahkan, dukungan pemerintah provinsi memberi keyakinan bagi sekolah untuk terus mengembangkan pembelajaran berbasis potensi lokal dan kewirausahaan sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan di Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan tersebut dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Joaz Oemboe Wanda, Kepala Biro Umum Setda NTT, Gusti Sigasare, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, serta siswa SMA Negeri 1 Amarasi.
Panen raya tomat di SMA Negeri 1 Amarasi menandai komitmen Pemerintah Provinsi NTT untuk menjadikan sekolah sebagai pusat pembelajaran produktif, pencetak jiwa kewirausahaan, sekaligus penggerak ekonomi lokal.(*)


