OELAMASI, LIPUTANNTT.com,Ketua Majelis Klasis Amarasi Timur, (Pdt. Marsel Toean, S. Th) Memimpin kebaktian minggu pertama bulan bahasa dan budaya Jemaat O'honis Oekaka, Minggu 4 mei 2025
Mengusung Tema : "Yesus Membaharui Praktik Budaya yang tidak adil"
Turut hadir ketua Majelis Jemaat Harian (MJH) : Pdt. Eltiyati Lifu, S.Th,.
Ibadah dimulai dengan tarian anak-anak menyambut pelayan masuk dalam gedung kebaktian dengan etnis Amarasi.
Pakaian yang di kenakan jemaat dan para pelayan adalah adat Timor (Amarasi) dalam menyambut bulan bahasa dan budaya.
Tepat hari ini, minggu pertama bulan budaya GMIT. Di seluruh wilayah pelayanan GMIT kita belajar melihat kebaikan Tuhan dalam budaya-budaya kita. Bukankah Allah Tritunggal yang menyatakan diri kepada umat Israel di masa penulisan Alkitab, masih terus berbicara dan menyapa hidup kita hingga masa kini? Budaya manusia juga berisi penyataan Allah dan inspirasi Roh Kudus Minggu ini kita beribadah dalam balutan budaya etnis Timor (Amarasi)
Aketi): Dalam budaya timor menganut budaya patriakhi yaitu pah meto, yang lebih mengutamakan laki-laki dari pada perempuan. kehadiran perempuan pah meto dinilai sebagai pelengkap. Bife (perempuan) dianggap lemah dan tidak mendapatkan kepercayaan lebih di wilayah publik. Ini salah satu bentuk ketidakadilan gender dalam budaya. Kita pun dalam kehidupan sehari-hari banyak melakukan ketidakadilan dalam kata dan tindakan. Dalam relasi antara orang tua dan anak, antara suami dan istri, antara sesama rekan pelayanan.
Marilah datang kepada Tuhan dialah sumber pemulihan dan penyembuhan. Semua yang terluka, semua yang menderita karena ketidakadilan Yesuslah menjadi jawaban. Karena itu marilah kita berteduh diri dan menyerahkan hidup kita kepada Allah.
Atoin meto mengenal budaya Orif Tataf dan Fetof Naof sebagai ruang memelihara kasih persaudaraan dan menjaga kepercayaan dalam hidup bersama di kuan ma Bare. Atoin meto menyerukan rais manekat sebagai nilai tertinggi dalam hidup bersama di Ume ma Ropo. Atoin meto mengisahkan kasih dalam tradisi duduk bersama dalam sebuah lingkaran.
Atoin Meto menaruh percaya pada Uis Neno sebagai yang di atas segalanya. Karena itu, marilah perangi nilai ketidak adilan dengan memelihara nilai-nilai keadilan dalam tradisi atoin meto.
Renungan dengan tema "Yesus Membaharui Praktik Budaya yang Tidak Adil", dengan fokus pada budaya patriarkhi dalam masyarakat Timor (Atoin Meto) yang sering meminggirkan perempuan. Namun, di sisi lain, budaya Timor juga memiliki nilai-nilai luhur seperti Orif Tataf, Fetof Naof , Rais Manekat, dan penghormatan kepada Uis Neno (Tuhan Yang Maha Tinggi) yang mendorong keadilan, persaudaraan, dan kasih dalam hidup bermasyarakat.
Budaya patriarkhi (Pah Meto) yang menempatkan perempuan sebagai "pelengkap" dan kurang dihargai dalam ranah publik adalah bentuk ketidakadilan yang harus diperbarui oleh iman Kristen.
Jemaat diajak untuk introspeksi: apakah dalam keluarga, gereja, dan masyarakat masih ada diskriminasi berdasarkan gender, status sosial, atau latar belakang?
Menemukan Pembaruan dalam Kristus:
Yesus datang untuk memulihkan relasi yang rusak, termasuk ketidakadilan budaya. Gereja dipanggil untuk menjadi agen perubahan, meneladani kasih dan keadilan Kristus.
Jemaat harus berani menolak nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan prinsip Kerajaan Allah (kasih, keadilan, penghargaan terhadap martabat manusia).
Memelihara Nilai Budaya yang Baik
Tradisi seperti Orif Tataf (persaudaraan), Fetof Naof (keseimbangan relasi), dan Rais Manekat (komitmen hidup bersama) sejalan dengan nilai Kristen.
Gereja harus memperkuat nilai-nilai ini sebagai bentuk penguatan komunitas yang adil dan penuh kasih.
Berteduh pada Tuhan sebagai sumber Pemulihan, Bagi yang pernah terluka oleh ketidakadilan (perempuan, anak, kelompok marginal), Yesus adalah jawaban. Gereja harus menjadi ruang aman bagi pemulihan dan pemulihan.
Aplikasi Praktis:
Dalam Keluarga & Gereja:
Suami-istri, orang tua-anak, dan rekan pelayanan harus saling menghargai tanpa diskriminasi.
Memberikan ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam pelayanan dan pengambilan keputusan.
Dalam Masyarakat:
Gereja harus menjadi contoh praktik keadilan dan kesetaraan, sekaligus menghidupi nilai-nilai budaya yang selaras dengan iman Kristen.
Kesimpulan:
Jemaat O'honis Oekaka dipanggil untuk mengoreksi budaya yang tidak adil sekaligus memperkuat nilai-nilai luhur budaya Timor yang sejalan dengan iman Kristen. Dengan bersandar pada Kristus, gereja dapat menjadi agen pembaruan yang membawa keadilan, pemulihan, dan persaudaraan sejati dalam masyarakat.
"Marilah perangi ketidakadilan dengan memelihara nilai-nilai keadilan dalam tradisi Atoin Meto, sambil berpegang pada kebenaran Kristus."
Syalom, Uis Neno Nokan Kit Ok Oke(MB)