KUPANG, LIPUTANNTT.com,Pemerintah Kota Kupang menunjukkan komitmennya dalam merawat kerukunan dan memajukan kolaborasi lintas iman melalui kehadiran langsung Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, dalam acara Sannipata (Dharmasanti) Waisak 2569 Buddhis Era (BE) tahun 2025, Kamis (12/6). Kegiatan yang digelar di Aston Kupang Hotel & Convention Center ini merupakan puncak dari rangkaian Tri Suci Waisak, mengusung tema nasional “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Mewujudkan Perdamaian Dunia.”
Acara ini turut dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, S.Si., Apt., Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironius Pakaenoni, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTT, Dr. Ir. Wayan Darmawa, M.T., Ketua Permabudhi Kota Kupang, Indra Effendy, S.E., Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT, Reginaldus Saverinus Sely Serang, S.Fil., M.Th., unsur Forkopimda Kota Kupang, para tokoh agama dan organisasi lintas agama.
Dalam sambutannya, Wali Kota Christian menyampaikan apresiasi mendalam kepada umat Buddha dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan yang dinilainya bukan sekadar seremoni keagamaan, tetapi juga ruang refleksi spiritual yang memperkuat kohesi sosial. Ia juga menyampaikan rasa hormat kepada Gubernur NTT yang disebutnya sebagai mentor sekaligus inspirator dalam membangun kolaborasi dan toleransi di NTT.
“Saya belajar banyak dari Pak Gubernur. Beliau bukan hanya pemimpin, tapi juga motivator yang memberi ruang bagi pertumbuhan kerukunan dan kolaborasi,” ungkap Wali Kota.
Wali Kota menekankan pentingnya menjadikan perayaan keagamaan seperti Sannipata bukan hanya sebagai ritual spiritual umat Buddha, tetapi juga sebagai ruang perjumpaan lintas iman dan budaya yang memperkuat nilai-nilai toleransi dan persaudaraan di Kota Kupang.
Ia mengapresiasi kepemimpinan Ketua Permabudhi Kota Kupang, Indra Effendy, yang dinilainya telah membawa Permabudhi sebagai “kapal besar” yang tidak hanya berlabuh di dermaga, tetapi berlayar menembus gelombang kehidupan sosial. “Pak Indra dan Permabudhi bukan hanya hadir untuk gagah-gagahan. Mereka hadir, bergerak, dan membantu membelah masalah sosial di Kota Kupang,” ujarnya.
Wali Kota juga menyampaikan penghormatan kepada umat Buddha atas kontribusi mereka dalam perjalanan 139 tahun Kota Kupang. Ia menegaskan kembali filosofi pemerintahan “Memerintah adalah melayani,” sembari menegaskan komitmen Pemkot Kupang untuk mendukung seluruh hari besar keagamaan umat di Kota Kupang, termasuk umat Buddha.
Ia menggagas agar perayaan Sannipata tahun-tahun berikutnya digelar dalam format yang lebih besar dan inklusif. Ia menawarkan halaman Kantor Wali Kota Kupang sebagai lokasi acara dengan konsep festival budaya yang melibatkan umat lintas agama menggunakan pakaian adat masing-masing dan diiringi partisipasi pelaku UMKM.
“Bayangkan jika umat beragama hadir dalam pakaian adat masing-masing, berpadu dalam keharmonisan budaya dan iman. Ini akan menjadi kekuatan ekonomi dan sosial yang luar biasa. Kami siap mendukung penuh, menyediakan ruang publik dan anggaran,” ujar Wali Kota dengan penuh semangat.
Menurut Wali Kota, Pemerintah Kota Kupang melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat tahun ini mengalokasikan anggaran sebesar Rp23 juta lebih untuk mendukung pelaksanaan Sannipata Waisak. Ia menegaskan, meskipun tengah menghadapi badai defisit, dukungan terhadap kegiatan lintas iman seperti ini tidak akan dikurangi. “Potong anggaran perjalanan dinas atau ATK sekalipun, tapi jangan kurangi kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat,” tegasnya.
Wali Kota mencontohkan suksesnya Pawai Paskah Pemuda GMIT yang belum lama ini digelar dan melibatkan lebih dari 150 pelaku UMKM. “Dalam satu malam, uang yang berputar mencapai miliaran rupiah. Ini menunjukkan bahwa ekonomi akan tumbuh jika kita kumpulkan orang melalui kegiatan keagamaan dan budaya. UMKM masuk, ekonomi bergerak,” tegasnya.
Gubernur NTT, Melki Laka Lena, dalam sambutannya menegaskan pentingnya momentum Sannipata sebagai oase spiritual dan forum perekat simpul-simpul kebangsaan. Ia menyebut tiga peristiwa suci dalam Tri Suci Waisak, kelahiran Siddharta Gautama, pencerahan agung, dan wafatnya (Parinibbana) sebagai pelajaran penting tentang kasih, welas asih, dan pencerahan diri. “Perayaan ini adalah undangan bagi kita semua untuk menjaga alam, menolong sesama, dan menyebarkan kebajikan dalam kehidupan,” ujarnya.
Gubernur juga menekankan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang perlu dirawat dan diperkuat. Ia mengapresiasi pencapaian Kota Kupang yang kembali masuk dalam 10 besar kota paling toleran di Indonesia. “Ini bukan kebetulan. Ini hasil kerja bersama. Ayo bangun Kota Kupang, ayo bangun NTT,” serunya.
Ketua Permabudhi Kota Kupang, Indra Efendy, menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Kupang atas dukungan terhadap pelaksanaan perayaan Waisak dua tahun terakhir. Dalam laporannya ia memaparkan sejumlah kegiatan dalam rangkaian Waisak, mulai dari penanaman pohon patoh di lingkungan vihara, ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan, bersih-bersih vihara, pengambilan air parita di Baumata, hingga donor darah massal bekerja sama dengan PMI, Dinas Kesehatan, Kementerian Agama, dan pelibatan UMKM lokal.
Rangkaian acara Sannipata Waisak malam itu diisi dengan berbagai penampilan seni dan spiritualitas, seperti pembakaran lilin panca warna, tari puja dan pembacaan ayat suci Dharmapada, tarian isyarat tangan “Dunia yang Bersih”, Tarian Bunga Sepe, drama musikan “Lukisan Anak Kambing Berlutut”, tarian kreasi pelajar Madrasah Aliyah, penampilan anak-anak SMB Buddha, serta paduan suara Moderasi Beragama dari Kementerian Agama Kota Kupang.
Acara Sannipata Waisak 2569 BE ini ditutup dengan doa bersama dan pesan damai dari para tokoh lintas agama, menandai komitmen kolektif untuk terus menjaga harmoni dan stabilitas sosial di Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kota Kupang menjaga predikat sebagai salah satu dari 10 kota paling toleran di Indonesia.(*/Nt)