KUPANG, LIPUTANNTT.com,Wakil Bupati Kupang, Aurum Titu Eki, secara resmi membuka Kompetisi Pembelajaran “Climate Ed-Hackathon” dengan tema “Belajar dari Pesisir: Inovasi Pendidikan Iklim dan Bencana untuk Anak-Anak Indonesia.” Kegiatan ini berlangsung di Hotel Sahid T-More Kupang pada Jumat (12/12/2025) pagi dan menjadi bagian dari rangkaian program Generation Ready (GENRE) yang dijalankan Save the Children Indonesia bersama CIS Timor.
Kompetisi ini menghadirkan empat juri berkompeten dari berbagai bidang, yaitu Drs. Saryaskus Paulus Liu, M.Dev.Admin, Ph.D, Norman Riwu Kaho, James Martin Abineno, Dr. Marsel Robot, dan William Fanggidae.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Kupang Aurum Titu Eki, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan program GENRE yang telah berjalan sejak Agustus 2025 dan akan berlangsung hingga Juli 2027 di Kabupaten Kupang.
“Pemerintah menyambut baik upaya strategis Program Generation Ready (GENRE) yang dijalankan oleh Save the Children Indonesia bersama mitra lokal CIS Timor. Program ini menjadi langkah penting dalam memperkuat ketahanan sekolah pesisir menghadapi perubahan iklim dan risiko bencana,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa wilayah pesisir Kabupaten Kupang menghadapi tantangan serius berupa perubahan iklim dan risiko bencana seperti banjir pasang laut. Program GENRE dinilai berperan penting dalam meningkatkan kapasitas sekolah dasar pesisir agar lebih tangguh, inklusif, dan ramah anak.
Melalui kegiatan ‘Climate Ed-Hackathon’, pemerintah berharap muncul inovasi pembelajaran yang responsif terhadap isu GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion) dan berbasis kearifan lokal.
“Saya percaya inovasi melalui pendekatan partisipatif ini akan menghasilkan materi pembelajaran PRB-API yang bukan hanya menarik, tetapi juga relevan dan efektif diterapkan di sekolah-sekolah pesisir rawan bencana,” tambahnya.
Aurum juga mengapresiasi kolaborasi seluruh pihak yang telah terlibat dalam program GENRE, dan berharap kompetisi ini semakin memacu kreativitas peserta demi meningkatkan kualitas pendidikan kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Kupang.
Wakil Bupati Kupang menutup sambutannya dengan mengucapkan selamat berlomba kepada seluruh peserta.
“Semoga kompetisi ini menghasilkan karya inovatif yang berdampak positif bagi peningkatan kapasitas sekolah dan masyarakat pesisir di Kabupaten Kupang dan sekitarnya.”
Sementara itu, Project Coordinator Program GENRE Save the Children, Ken Djami, menjelaskan bahwa ‘hackathon’ dalam konteks ini bukanlah sekadar menciptakan hal baru, melainkan modifikasi, penyelarasan, dan inovasi terhadap materi pembelajaran bencana dan perubahan iklim yang sudah ada.
“Materi yang dikembangkan guru selama dua hari telah diuji-cobakan di sekolah, melibatkan pendapat anak-anak. Setelah melalui perbaikan, materi ini dipresentasikan dan dilombakan hari ini,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kompetisi ini tidak hanya dinilai oleh juri, tetapi juga melibatkan suara anak-anak sebagai bentuk partisipasi bermakna. Materi terbaik akan dijadikan ‘role model’ bagi sekolah pesisir, namun materi lainnya tetap dapat digunakan sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Ken Djami juga menegaskan bahwa inovasi seperti ini sejalan dengan kewajiban pemerintah daerah yang setiap tahun harus menghadirkan terobosan baru, termasuk inovasi sektor pendidikan.
Kompetisi ‘Climate Ed-Hackathon’ diharapkan menjadi ruang kolaborasi bagi guru, ilustrator, komunikator sains, serta pemangku kepentingan lokal untuk menghadirkan materi pembelajaran yang kreatif, adaptif, inklusif, dan berbasis realitas pesisir.(*)

