Hadiri Seminar Kebangsaan, Gubernur NTT : Generasi Muda Bukan Hanya Penerus Bangsa, Namun Juga Pewaris Nilai Pancasila

Pemred Liputan NTT
0

 

ENDE, LIPUTANNTT.com,Pancasila melihat generasi muda bukan sebagai objek pembangunan, tetapi sebagai subjek perubahan. Mereka adalah entitas historis yang memikul potensi dan tanggung jawab. Nilai Pancasila harus diinternalisasi melalui pendidikan yang membebaskan (liberation), membentuk kesadaran kritis dan partisipatif. Pancasila menuntut generasi muda untuk menjadi pemimpin beretika, yang menjadikan nilai kemanusiaan dan keadilan sebagai dasar setiap inovasi dan tindakan.”


Demikian yang dikatakan Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena saat hadir sebagai _Keynote Speaker_ pada Seminar Kebangsaan bertemakan “Pancasila dalam Tantangan dan Perubahan Geopolitik Dunia” yang diselenggarakan di Graha Ristela – Ende, pada Sabtu (31/5/2025).


Seminar kebangsaan tersebut dipandu langsung oleh Dr. R.S. Ferry Dhae dan menghadirkan empat Narasumber, yakni Politisi Senior PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira, Ahli Hukum Tata Negara Prof. Dr. Satya Arinanta, Cendekiawan Kebangsaan, Dr. Yudi Latif, serta tokoh Forum Kebangsaan Pontjo Sutowo.


Gubernur NTT mengatakan generasi muda Indonesia harus memiliki _“sense of history”_ kesadaran akan posisi mereka dalam arus panjang perjuangan bangsa. 


“Pancasila harus dihidupi dengan semangat kreatif dan terbuka, bukan dogmatis, sehingga mampu melahirkan kepemimpinan baru yang berakar dan berpandangan jauh. Sehingga tugas kita adalah menjadikan Pancasila bukan hanya hafalan dalam upacara, tapi pedoman hidup dan energi perubahan. Pancasila harus kita bawa dalam ruang digital, dalam karya inovasi, dan dalam kepemimpinan yang adil, jujur, dan berpihak pada rakyat,” kata Gubernur Melki Laka Lena.


Gubernur Melki pada kesempatan tersebut juga menegaskan bahwa Ende, sebuah kota kecil di NTT, tetapi mempunyai sumbangsih besar dalam sejarah bangsa.


“Di tempat inilah, dalam masa pengasingan dan perenungan yang dalam, Bung Karno menggali nilai-nilai kehidupan rakyat, menyatu dengan denyut kebudayaan lokal, dan kemudian menemukan dasar falsafah yang kelak dikenal dunia sebagai Pancasila. Jadi kalau daerah lain bisa menyumbang hasil bumi seperti emas, gas, dan minyak. Namun NTT menyumbang sesuatu yang tidak tergantikan, sesuatu yang tak ternilai harganya, Pancasila !!,” jelas Gubernur Melki, disambut tepuk tangan para hadirin yang hadir pada kesempatan tersebut.


Gubernur Melki menyebutkan, di tengah dunia yang berubah begitu cepat, ketika krisis global datang silih berganti dari pandemi, konflik bersenjata, krisis pangan, air dan energi, hingga perubahan iklim yang menghantam batas negara dan benua, namun Pancasila tetap membuat bangsa ini tetap utuh.


“Di tengah semua tantangan dan krisis global tadi, kita semua ditantang untuk menjawab satu pertanyaan penting : Apakah Pancasila masih relevan ?. Bukan hanya relevan, namun harus kita yakini bersama Pancasila adalah solusi sekaligus penopang yang kokoh,” ucap Melki.


Melki juga menjelaskan dalam konteks pemerintahan saat ini, Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan komitmennya untuk mengembalikan roh Pancasila dalam setiap aspek kebijakan nasional.


“Beliau menyuarakan pentingnya pendidikan ideologi kebangsaan, reformasi birokrasi yang berpihak pada rakyat, dan penguatan pertahanan sebagai cermin dari semangat kemandirian bangsa, semua berakar pada lima sila. Presiden Prabowo memandang Pancasila bukan hanya fondasi normatif, tetapi juga peta jalan (roadmap) pembangunan nasional yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. Sehingga Pancasila bukan hanya dasar negara. Ia adalah wajah dan jiwa bangsa Indonesia,” jelas Melki.


Gubernur Melki Laka Lena juga menyebutkan ketahanan nasional bukan hanya soal militer atau ekonomi. Ketahanan sejati adalah ketika rakyat Indonesia tetap percaya pada bangsanya, saling bergotong-royong, saling menguatkan, dan tidak tercerai-berai oleh isu-isu sektarian atau manipulasi digital.


“Di sinilah Pancasila menjadi benteng ideologis dan sosial. Ia bukan sekadar falsafah, tapi juga alat ukur kebijakan publik dan kualitas kepemimpinan nasional. Pancasila adalah pondasi yang memungkinkan suku, agama, dan budaya hidup berdampingan, bahkan saling memperkaya. Di NTT, di tanah yang majemuk ini, kami hidup dalam keseharian yang menunjukkan bagaimana Pancasila menjadi nyata di Pasar, Sekolah, Gereja, Masjid, dan ladang-ladang Petani kecil,” ungkap Melki.


Melki mengungkapkan epistemologi pembangunan di NTT menggunakan pendekatan partisipatif, dimana rakyat diajak berpikir bersama, bukan sekadar menerima keputusan dari atas. Dan ontologi yang diterapkan adalah pengakuan akan eksistensi manusia NTT sebagai warga negara penuh martabat, terlepas dari letak geografisnya.


“Di NTT, kami tidak hanya menghafal Pancasila. Kami hidup bersamanya. Kami membangun desa melalui semangat gotong royong. Kami menjaga kerukunan antarumat beragama sebagai fondasi damai sosial. Kami menghadirkan keadilan sosial dalam program kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Kami membawa kehadiran negara hingga titik-titik terluar, dari Lembata hingga Rote, dari Sumba hingga Flores,” jelas Gubernur Melki.


“Sebagai pemimpin daerah, saya juga meyakini bahwa Pancasila harus diinstitusikan dalam program dan anggaran. Ia harus menjadi dasar kebijakan fiskal, pendidikan, perlindungan sosial, hingga tata kelola pembangunan desa dan daerah,” tambah Melki.


“Mari kita kirim pesan pada dunia : bahwa Indonesia bukan bangsa yang bingung mencari arah, karena kita punya kompas yang jelas, Pancasila !!. Bahwa kita bukan sekadar pasar, tetapi peradaban. Bukan sekadar negara berkembang, tetapi negara bernilai,” kata Melki Laka Lena.


“Mari kita warisi api semangat Bung Karno, bukan hanya abunya. Mari kita jadikan Pancasila bukan hanya simbol masa lalu, tetapi cahaya masa depan. Mari kita kobarkan kembali semangat Ende, semangat perenungan, kesadaran nilai, dan keteguhan moral. Dari Ende, kita teguhkan komitmen kebangsaan. Dari NTT, kita nyalakan lilin peradaban. Dari Pancasila, untuk Indonesia dan dunia.” Pungkas Gubernur NTT.


Seminar tersebut juga dihadiri oleh unsur Forkopimda, para Pimpinan Perangkat Daerah lingkup Pemkab Ende, para Camat, para Lurah / Kepala Desa, perwakilan Mahasiswa / Pelajar, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan, serta Mitra kerja terkait.(*/aj)



Tags

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

Melayani permintaan peliputan dan pemasangan iklan banner. Marketing Director (Email: redaksiliputanntt@gmail.com.Contact Person:081236630013). Alamat Redaksi: Jl. Oekam, RT 13/RW 005 Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. Email: redaksiliputanntt@gmail.com. Tlp/Hp: 081236630013 Rekening: BRI: No. Rek. 467601014931533 a.n. Hendrik Missa Bank NTT: No. Rek. 2503210258 a.n. Hendrik Missa