KUPANG, LIPUTANNTT.com,Provinsi Nusa Tenggara Timur kini resmi memiliki Mobil Laboratorium Keliling untuk memperkuat pengawasan keamanan pangan serta mendukung perbaikan gizi masyarakat. Unit laboratorium tersebut diserahkan oleh Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto, dan diterima langsung oleh Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, pada Rabu, (26/11/2025) di Lobi Kantor Gubernur NTT.
Sebelum prosesi penyerahan, Gubernur Melki menerima audiensi dari jajaran Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang dipimpin oleh Andriko Noto Susanto, yang juga pernah menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT.
Hadir pula Brigjen Hermawan, Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan; Yusra Eqavanti, Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan; serta perwakilan Yayasan Kegizian Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI), antara lain Ketua KFI Nina Sardiunani dan Ir. Tetty Sihombing, bersama tim.
Audiensi tersebut membahas perkenalan singkat KFI, program fortifikasi pangan dalam rangka mengatasi permasalahan gizi di masyarakat, serta agenda penyerahan Mobil Laboratorium Keliling di Ruang Kerja Gubernur.
Dalam paparannya, Andriko menjelaskan bahwa Badan Pangan Nasional telah membentuk Satuan Tugas Pengendalian Harga Beras yang juga memastikan kualitas beras sesuai standar mutu, label, dan komposisi sebagai bentuk perlindungan konsumen.
Untuk memperkuat pengawasan pangan di masyarakat, Bapanas menyerahkan mobil laboratorium keliling yang berfungsi melakukan monitoring keamanan pangan secara mobile di pasar, sentra pangan segar, hingga tempat usaha di tingkat hulu.
Mobil Laboratorium Keliling ini dilengkapi peralatan canggih, termasuk rapid test kit untuk mendeteksi cemaran berbahaya seperti pestisida, formalin, boraks, dan bahan kimia lainnya. Fasilitas ini, kata Andriko, sangat penting dalam menjaga keamanan pangan masyarakat.
"Saya serahkan mobil laboratorium ini kepada Pak Gubernur. Harapannya, kendaraan ini dapat dimanfaatkan untuk mengecek berbagai bahan makanan, termasuk pangan segar dan bahan baku program Makan Bergizi Gratis di SPPG,” ujar Andriko.
Ia menambahkan hasil pengujian tersebut nantinya menjadi dasar bagi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam menerbitkan izin edar serta menjamin mutu pangan sebelum diolah dan dipasarkan.
Sementara itu, Brigjen Hermawan menjelaskan bahwa hingga saat ini Badan Pangan Nasional telah mendistribusikan 19 unit Mobil Laboratorium Keliling ke berbagai daerah di Indonesia. Mobil dengan nilai sekitar Rp.850 juta per unit ini menurutnya bisa berfungsi memastikan bahwa bahan baku untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar aman dan bermutu.
“Kalau sejak dari hulu kita sudah memastikan keamanan pangan, maka ketika terjadi masalah di lapangan, proses penelusurannya akan jauh lebih mudah,” jelasnya.
Mobil ini diberikan secara hibah, sementara operasionalnya akan mulai dianggarkan oleh pemerintah daerah pada tahun 2026.
Sementara itu, Ketua KFI, Nina Sardiunani, menjelaskan bahwa fortifikasi pangan merupakan strategi penting untuk mengatasi kekurangan mikronutrien di masyarakat. Indonesia sendiri telah menerapkan beberapa program fortifikasi, seperti Fortifikasi garam dengan iodium (sejak 1994), Fortifikasi tepung terigu dengan zat besi, dan Fortifikasi minyak goreng sawit dengan vitamin A.
"NTT menjadi salah satu wilayah yang mendapat perhatian nasional, mengingat angka stunting yang masih cukup tinggi dan berpengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia akibat kondisi gizi masyarakat yang belum optimal,” ujarnya.
Masalah kekurangan zat gizi tidak bisa diatasi hanya melalui penyediaan pangan yang baik, tetapi juga melalui dukungan pangan yang diperkaya dengan zat gizi tambahan.
Saat ini, fortifikasi beras menjadi salah satu fokus utama untuk memperbaiki gizi masyarakat.
"Proses pembuatannya mirip dengan pembuatan snack, yaitu beras ditepungkan, dicampur vitamin dan mineral, kemudian dicetak kembali menjadi bulir beras fortifikasi. Bulir ini kemudian dicampur dengan beras konsumsi dengan rasio 1:100."jelas Nina Sardiunani.
Hermawan menambahkan bahwa fortifikasi beras sangat membantu daerah dengan keterbatasan pasokan lauk pauk atau sayur. Dengan beras yang diperkaya zat gizi, kebutuhan nutrisi masyarakat tetap dapat terpenuhi.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena menyampaikan apresiasi atas dukungan Badan Pangan Nasional.
“Saya akan pastikan mobil ini benar-benar membantu memastikan pangan segar bebas dari pestisida dan zat berbahaya lainnya. Mobil ini juga bisa digunakan untuk memeriksa makanan di sekolah, karena sering muncul keluhan terkait penggunaan pewarna atau bahan tambahan berlebih. Dengan fasilitas ini, kita bisa memastikan masyarakat dan anak-anak mengonsumsi pangan yang aman dan berkualitas,” tegas Gubernur Melki.
Gubernur Melki juga berharap program fortifikasi beras dapat diterapkan secara lebih luas dan tepat sasaran, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan oleh keluarga-keluarga rentan di seluruh NTT.
Audiensi ditutup dengan penyerahan kunci mobil dari Andriko Noto Susanto kepada Gubernur Melki serta penyerahan plakat penghargaan dari Pemerintah Provinsi NTT kepada Badan Pangan Nasional sebagai bentuk apresiasi atas dukungan dan kerja sama tersebut.(*)


