KUPANG,LIPUTANNTT.com,Program OVOP (One Village One Product) yang diusung oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan pendekatan pembangunan ekonomi berbasis potensi lokal. Berikut komentar dari berbagai aspek terkait program tersebut:
1. Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Program ini mendorong setiap desa mengembangkan produk unggulan berdasarkan sumber daya dan keunikan lokal. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi ketergantungan pada pusat kota atau provinsi lain.
2. Revitalisasi Kearifan Lokal
OVOP mendorong desa untuk menjaga dan mengembangkan budaya, kerajinan, dan pertanian lokal yang memiliki nilai jual tinggi. Ini mendukung pelestarian budaya serta identitas daerah.
3. Mendorong Inovasi dan Kewirausahaan
Dengan fokus pada satu produk unggulan, desa akan terdorong untuk mengembangkan kualitas produk, kemasan, branding, dan akses pasar—baik lokal maupun ekspor.
4. Sinergi dengan Pariwisata
Produk desa bisa dijual sebagai oleh-oleh atau bagian dari paket wisata, sehingga mendukung sektor pariwisata di NTT.
Catatan dan Tantangan:
1. Kapasitas SDM
Banyak desa masih kekurangan tenaga terlatih dalam manajemen usaha, pemasaran, hingga penggunaan teknologi digital. Program ini harus dibarengi dengan pelatihan dan pendampingan intensif.
2. Akses Infrastruktur
Distribusi produk sering terhambat karena jalan, listrik, dan jaringan internet di beberapa wilayah NTT masih terbatas.
3. Skalabilitas dan Standarisasi
Tidak semua produk desa memiliki daya saing di pasar luas. Masalah standarisasi mutu dan produksi massal masih menjadi kendala besar.
4. Pemasaran Digital
Pemanfaatan platform e-commerce, media sosial, dan jaringan distribusi masih perlu diperkuat untuk memperluas pasar produk desa.
5. Evaluasi dan Keberlanjutan
Harus ada sistem evaluasi berkala agar program tidak hanya sebatas slogan. Pendampingan dan dukungan berkelanjutan menjadi kunci agar desa tidak kembali pasif.
Kesimpulan:
Program OVOP Gubernur NTT merupakan langkah strategis untuk membangun ekonomi berbasis desa secara berkelanjutan dan mandiri. Namun, implementasinya harus memperhatikan aspek pelatihan SDM, infrastruktur pendukung, dan strategi pemasaran. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, swasta, LSM, dan perguruan tinggi), program ini berpotensi menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi lokal di NTT.(/ opn)