SOE, LIPUTANNTT.Com,Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Yunus Nunumeu, Kecamatan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), diresmikan oleh Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, pada Senin (29/9/2025) siang.
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Melki bersama Wakil Sekretaris Majelis Sinode GMIT, dilanjutkan dengan pengguntingan pita, pelepasan burung merpati dan pembukaan pintu gedung kebaktian.
Turut hadir dalam acara peresmian ini Ketua DPRD Provinsi NTT, Emelia J. Nomleni, Bupati TTS, Eduard Markus Lioe, Sekretaris Daerah Kabupaten TTS, jajaran Forkopimda TTS, Wakil Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Ketua Majelis Klasis Soe, para Pendeta, dan tokoh masyarakat setempat.
Ketua Panitia Pembangunan, David Mboik, dalam laporannya menuturkan bahwa gagasan awal pembangunan jemaat ini lahir pada 10 Oktober 2004 dimana sebelumnya, Jemaat Yunus Nunumeu merupakan pemekaran dari Jemaat Efata Soe.
“Awalnya terbentuk panitia dengan Ketua Umum, Yunus Saikoko dengan total 128 orang anggota panitia yang ditahbiskan. Pada pertemuan itu juga Keluarga besar Saikoko menghibahkan tanah seluas 7.487 m² yang menjadi lokasi pembangunan Gereja. Yang saat itu diberi nama Gereja Efata Nunumeu,” jelasnya.
Pembangunan gedung yang berukuran 25 x 40 meter dengan dua balkon di sisi kiri dan kanan serta ruang kantor di lantai bawah ini memakan waktu panjang. Sejak peletakan batu pertama pada tahun 2005 hingga rampung pada 2025, melewati 21 tahun pergumulan.
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengawali sambutannya menyampaikan apresiasi atas diresmikannya gedung kebaktian bagi Jemaat GMIT Yunus Nunumeu.
“Atas nama Pemerintah Provinsi NTT, saya menyampaikan selamat kepada seluruh Jemaat GMIT Yunus Nunumeu atas selesainya pembangunan ini. Tentulah, pekerjaan besar ini tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan buah dari iman yang bekerja melalui kasih, semangat gotong royong, pengorbanan, dan doa yang tiada henti,” ujar Gubernur Melki.
Lebih lanjut, Gubernur menegaskan bahwa Gereja di NTT memiliki peran strategis, bukan hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan iman, penggerak solidaritas sosial, sekaligus mitra pemerintah dalam membangun manusia seutuhnya. Gedung baru tersebut, Ia harapkan menjadi ruang hidup yang melahirkan gagasan, prakarsa, dan karya nyata demi kesejahteraan bersama.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Melki juga mengajak pihak Gereja dan pemerintah untuk memperkuat kolaborasi di dua bidang utama yakni penguatan ekonomi lokal melalui gerakan Beli NTT, program One Village One Product (OVOP), dan pengembangan NTT Mart agar produk jemaat dan desa memiliki nilai tambah serta akses pasar lebih luas.
Selain itu, Gubernur menekankan melalui mimbar Gereja, peran edukasi masyarakat dalam peningkatan kesehatan dan penanganan stunting dapat berjalan dan dikolaborasikan dengan baik.
"Mengatasi stunting memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, Gereja, dan masyarakat. Melalui mimbar Gereja, para pelayan Tuhan dapat mengingatkan jemaat tentang pentingnya gizi seimbang, kebersihan lingkungan, serta pengelolaan keuangan keluarga dengan mengurangi pengeluaran yang tidak bermanfaat, seperti rokok atau hal konsumtif lainnya yang tidak memiliki manfaat bagi keluarga," terangnya.
Dengan langkah ini, menurut Gubernur Melki, tidak hanya membangun iman dan kesehatan, tetapi juga mempersiapkan generasi yang sehat, cerdas, dan kuat, yang siap membawa NTT menuju masa depan yang lebih sejahtera dan berdaya saing.
Pada momentum tersebut, Bupati TTS, Eduard Markus Lioe yang turut hadir, juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras jemaat GMIT Yunus Nunumeu.
“Perjalanan panjang ini tentu tidak mudah, tetapi berkat kerja keras dan semangat gotong royong, hari ini kita dapat berdiri bersama menyaksikan hasil luar biasa. Dukungan dari semua pihak adalah bukti nyata bahwa semangat solidaritas masih kuat di tengah masyarakat TTS,” ujarnya.
"Pemerintah daerah senantiasa mendukung kegiatan agama yang bertujuan membangun karakter, moral dan spiritual masyarakat,” sambungnya.
Ia juga menyoroti masih tingginya angka stunting dan kemiskinan di TTS. Menurutnya, membangun TTS tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak melalui kolaborasi pentahelix.
“Karena itu, pemerintah membuka ruang bagi siapa saja untuk memberikan gagasan dan masukan dalam mengatasi berbagai persoalan demi masa depan TTS yang lebih baik ke depannya,” jelasnya.(*)